Fakta Kelam Kasus Bullying Di Korea Selatan Khususnya Di Dunia Hiburan

Belakangan ini dunia hiburan Korea diterpa isu kurang sedap. Media ramai ramai memberitakan idol dan aktor yang tersandung kasus bullying. Tidak tanggung tanggung, ada belasan idol maupun aktor yang sedang naik daun terseret kasus bullying tersebut. Sebagian dari mereka dituding menjadi pembully dimasa sekolahnya.



Kepoper, kamu tentu bertanya tanya, apa benar mereka melakukan bullying dimasa lalunya? Apakah ini fitnah belaka untuk menghancurkan nama baik sang artis? Atau ini hanya sekedar pengalihan isu saja?

Tentunya, benar atau tidaknya rumor tersebut perlu dibuktikan. Karena seorang artis yang dituding melakukan bulliying tanpa ada dasarnya akan mengalami kerugian dan beresiko menghancurkan karir seseorang. Seperti yang sudah terjadi pada beberapa idol yang fotonya telah dihapus oleh perusahaan yang menjadikan mereka sebagai brand ambassador, tak peduli meskipun rumor yang menerpa mereka belum bisa dibuktikan.

Ini bukan pertama kalinya seorang idol tersandung kasus bullying. Sebelumya ada kasus bullying yang menimpa Sulli dan AOA yang cukup menarik perhatian publik. Hal ini membuat kita bertanya-tanya, apakah perundungan memang banyak terjadi di Korea Selatan?

Jawabannya, ya, memang.

Dikutip dari Koreatimesus, 3 dari 10 pelajar di Korea Selatan mengalami bullying. Ini data yang cukup mencengangkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Korea Institute for Health and Social Affairs, lebih dari 30% pelajar SD, SMP dan SMA di Korea Selatan menjadi korban perundungan.

Stress dan bullying seiring sejalan dengan tingkat bunuh diri dikalangan pelajar Korea. Saya menemukan lagi bahwa bunuh diri adalah penyebab kematian paling umum diantara individu berusia 15-24 tahun. Tahun 2010, Kantor Statistik Nasional Korea melaporkan 353 remaja berusia 10-19 tahun melakukan bunuh diri. Jumlah itu setara dengan rata rata satu orang remaja bunuh diri setiap harinya. Peneliti percaya bahwa tingginya kasus bullying ini terkait dengan lingkungan akademis  yang sangat kompetitif. Sementara meningkatnya angka bunuh diri disebabkan  masalah  keluarga, depresi dan bullying.

Korea telah diakui sebagai salah satu negara yang berhasil menembus peringkat negara dengan pendidikan terbaik di dunia. Hal ini berdasarkan artikel 20 Best Education System in The World yang ditulis MBCTimes yang juga menyebutkan Korea Selatan bersama Jepang, Singapura, Hongkong dan Finlandia  sebagai 5 negara dengan sistem pendidikan terbaik. Namun dibandingkan dengan pelajar Finlandia, pelajar di Korea memiliki jam belajar yang sangat panjang. Rata rata siswa SD belajar di sekolah dari pukul 8.40 hingga pukul 3 sore. Sementara siswa SMP belajar di sekolah dari pukul 8 pagi hingga pukul 4 sore. Siswa SMA belajar lebih keras lagi, mereka mulai belajar jam 8 pagi dan baru selesai jam 7 malam. Itupun masih ditambah dengan bimbel diluar sekolah atau self study. Siswa SMA biasanya baru selesai belajar jam 11 malam.

Jika di Indonesia bimbel adalah sesuatu hal yang disarankan, di Korea bimbel adalah semacam kewajiban.

Menurut Kemenkes Korea Selatan, anak anak di Korea adalah anak anak paling tidak bahagia diantara negara negara maju. Pelajar Korea mengalami stress yang tinggi akibat beban psikologi substansial kompetitif serta jam belajar yang panjang. Orang Korea percaya bahwa orang yang pintar akan hidup layak. Status dan pencapaian seorang pelajar dilihat dari lulusan sekolah mana ia berasal.

Orangtua biasanya mendorong anak anaknya untuk belajar keras agar masuk 3 universitas favorite di Korea, yaitu Seoul National University, Korea University, Yonsei University. Harapannya, dimasa depan anak anak akan mendapat pekerjaan diperusahaan ternama dan digaji dengan layak. Untuk bisa menjadi yang terbaik, mereka harus bisa mengalahkan orang lain. Akibatnya, mereka melihat teman bukan sebagai teman melainkan kompetitor. Temanmu, sainganmu. Anak anak yang tidak berhasil dalam studinyalah yang cenderung  menindas anak lainnya.

Perundungan di sekolah juga sebagai efek domino dari kondisi stres pelajar Korea. Pembully menganggap merisak anak lain sebagai pelampiasan tekanan yang dirasakan. Hal ini diperburuk dengan adanya senioritas dan kasta dalam lingkungan sekolah. Anak yang usianya lebih muda dibully oleh anak yang lebih tua. Atau ada juga grup pembully berisi anak anak cantik/cakep/keren membully anak anak lain yang dianggap "kurang". Masih inget kisah drama 'True Beauty' ? (Di Korea, diskriminasi esktrim bisa terjadi karena kita memiliki kekurangan atau kelebihan).

Baik bullying maupun cyberbullying sama-sama memiliki dampak ekstrim terhadap kesehatan fisik dan mental seseorang. Hal ini menimbulkan efek berkepanjangan pada kondisi mental korban. Orang yang menjadi target bullying jika tidak kuat menahan tekanan akan stres dan mengakhiri hidupnya.

Seakan sudah lumrah, bullying juga terjadi didunia idola. Yang memprihatinkan, bullying telah terjadi jauh jauh hari sejak masa trainee, bertahun tahun sebelum sebuah grup idola debut.

Netizen juga tampaknya menuntut seorang idola memilki latar belakang yang bersih. Oleh karenanya, agensi akan memastikan sang idol yang akan debut memiliki citri diri yang bersih. Jika seorang idol  dirumorkan sebagai pembully, agensi akan membela habis habisan artisnya atau sebaliknya, agensi akan langsung memecat idol dari perusahaan mereka.

Melihat banyaknya kasus bunuh diri, bullying maupun cyberbullying di Korea, saya setuju kalau negara ini memiliki masalah kesehatan mental yang tinggi. Sayangnya, mereka kurang peduli terhadap depresi maupun kesehatan mental. Lebih dari 70% orang Korea Selatan menganggap seseorang yang depresi berarti orang itu lemah (Watkins, Ozy, 9 Februari 2018). Anggapan bahwa depresi hanya dialami oleh seseorang yang lemah jiwa dan lemah iman perlu diluruskan agar tidak membuat orang ragu untuk mencari pertolongan profesional seperti psikolog dan psikiater.

Comments

Popular Posts