5 Faktor Penyebab Gagalnya Drama The King Eternal: Monarch di Korea
Drama 'The King: Eternal Monarch' adalah salah satu drama dengan budget yang fantastis. Drama ini termasuk dalam jajaran drama dengan budget besar, meskipun budget produksinya masih dibawah 'Arthdal Chronicle', 'Kingdom', dan 'Mr. Sunshine'. Asal tau saja, drama yang dibintangi oleh Lee Min Ho dan Kim Go Eun ini setidaknya menelan budget produksi hingga 30 miliar won atau Rp 385 miliar. Lee Min Ho sendiri kabarnya mendapat bayaran 75 juta won atau sekitar Rp 969 juta per episode.
![]() |
The King Eternal: Monarch |
Namun kenyataannya, meskipun sudah menggaet Lee Min Ho dan Kim Go Eun yang telah sama sama tenar berkat drama mereka sebelumnya, drama ini gagal mendapatkan perhatian penonton. Minggu demi minggu perolehan rating drama ini terus terpuruk. Menurut data lembaga Nielsen Korea, secara nasional drama ini hanya mampu menghasilkan rating 8,1% pada episode terakhirnya.
Rating tersebut, jika dibandingkan dengan karya karya Kim Eun Sook, sang penulis naskah drama, memang sangat rendah. Sebut saja 'Descendants of the Sun' (2016), 'Goblin' (2016) dan 'Mr. Sunshine' (2018) yang sukses besar. ‘Descendants of the Sun’ mencatat rekor rating 38,8% di KBS. 'Goblin' sukses dengan rating 20,5%. Sementara, drama sejarah ‘Mr. Sunshine’ bertengger di angka 18,1%.
Dari beberapa berita yang telah dirangkum Kepop, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab 'The King Eternal: Monarch' gagal bersinar di Korea.
5. Rumor pemecatan aktor secara sepihak.
Rumor terkait pemecatan aktor secara sepihak telah berhembus sebelum drama ini tayang. SBS selaku jaringan televisi yang menayangkan drama itu menyangkal rumor tersebut. Menurut SBS, pergantian pemain terpaksa dilakukan sebab terjadi perubahan skrip.
4. Terlalu banyak endorsement yang diselipkan dalam drama.
Tak bisa dipungkiri keberadaan sponsor diperlukan oleh tim produksi agar sebuah film dapat diprduksi dengan baik. Tetapi, penempatan iklan yang kurang natural dan terlalu sering akan dirasakan oleh penonton dan akhirnya membuat penonton mencari tontonan alternatif.
3. Cerita yang sulit dipahami.
Ha Jae Gun, seorang kritikus budaya Korea, sempat berujar pada Yonhap. Menurutnya ide cerita dunia paralel yang diusung 'The King: Eternal Monarch' sulit dipahami penonton. Tidak hanya itu, ritme cerita yang relatif lambat dinilai Ha Jae Gun sebagai penyebab penonton enggan bertahan. Penonton sepertinya sulit menemukan dialog lucu dan gaya berkelakar khas penulis Kim Eun Sook yang biasanya ada dalam karya karya terdahulunya.
2. Tim produksi kurang perhatian pada detail.
Adegan Lee Geon (Lee Minho) dan Jung Taeul (Kim Go Eun) menunggang kuda bersama di episode 5 seharusnya menjadi adegan yang romantis. Tetapi adegan ini justru malah menuai kecaman dan olok olok netizen akibat kualitas CGI (Computer Generated Image) yang buruk. Beberapa netizen bahkan menganggap CGI drama ini sama buruknya dengan CGI drama 'Temptation of Wife'. Netizen pun mempertanyakan keseriusan tim produksi dalam memperhatikan akurasi sejarah. Netizen mengecam karena desain mahkota emas yang digunakan Lee Gon seharusnya berasal dari Dinasti Silla. Hal itu tidak relevan dengan pakaiannya yang malah bergaya era Dinasti Joseon.
1. Terlalu Kejepang-jepangan.
Tampaknya hal inilah penyebab utama drama 'The King Eternal: Monarch' mendulang badai komentar pedas dari netizen. Netizen mengkritik arsitektur istana Republik Corea karena dinilai sangat mirip dengan kuil di Jepang. Penonton Korea sempat dibuat bingung pula dengan penggunaan bendera Jepang untuk kapal perang Korea.
Beberapa penonton juga melihat kesamaan antara Segel Kekaisaran untuk Kekaisaran Korea fiksi dan Segel Kekaisaran Jepang yang sebenarnya. Seperti kita ketahui, Korea dan Jepang memiliki sejarah konflik yang panjang. Korea merupakan salah satu negara yang pernah diduduki Jepang dan hal ini merupakan isu yang cukup sensitif di Korea.
Meski mendapat perolehan rating yang rendah dinegara asalnya, 'The King Eternal: Monarch' justru cukup berjaya di Netflix. Memang, lewat platform Netflix, drama ini mendapat kesempatan untuk ditonton dilebih dari 190 negara.
Drama ini masuk dalam peringkat teratas program TV di negara negara seperti Hongkong, Jepang, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand dan Nigeria. Dan merupakan satu-satunya drama Korea yang masuk Top 10 di Netflix World Chart.
Comments
Post a Comment